Masalah Karakter dan Kerentanan Keluarga

Oleh: Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si.

Sumber: Freepik

Akhir akhir ini media sosial diramaikan oleh kejadian plagiasi berulang yang dilakukan oleh seorang gadis yang telah memasuki usia dewasa awal. Dewasa awal adalah masa atau usia ketika seseorang selayaknya bukan hanya sudah selesai memahami hal hal terkait  “benar dan salah”, bahwa berbohong dan “mengakui karya orang” itu perbuatan salah, tetapi juga seharusnya sudah memahami norma sosial.  Hal tersebut berati bahwa sejatinya gadis tersebut sudah mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh; yang pantas dan tidak pantas; dan mana yang etis atau tidak etis untuk dilakukan. Kejadian tersebut tidak boleh berhenti diposisikan sebagai salah satu kasus biasa, karena ternyata cukup banyak yang memuja, mendukung, bahkan membela gadis tersebut secara membabi buta. Bahkan, beberapa public figure dan tokoh penting ikut memuja dan memberi ruang Sang Gadis sehingga menjadi semakin tenar dan diposisikan sebagai “role model” anak berprestasi. Menjadi semakin mengherankan Ketika ada kehendak dari petinggi suatu partai berbasis agama yang ingin menjadikan gadis tersebut sebagai “Duta Nasional” remaja berprestasi. Dalam perspektif pembangunan karakter bangsa, hal tersebut menunjukkan bahwa krisis karakter sudah mencapai titik yang serius dan menghawatirkan.

Seiring dengan masalah karakter bangsa, menjadi tepat ketika HARGANAS XXIV Tahun 2017 mengusung tema Membangun Karakter Bangsa melalui Keluarga Berketahanan. Keluarga memiliki peran utama sebagai institusi pembangun individu berkualitas (salah satu komponennya adalah berkarakter), dimana kemudian keluarga tersebut menjadi fondasi pembangun masyarakat madani, dan lebih lanjut  menjadi pondasi bangsa berkarakter. Namun persoalannya, kini keluarga menghadapi berbagai persoalan sosial ekonomi dan dampak globalisasi yang mengganggu peran tersebut. Keluarga semakin menghadapi ketidakpastian dan ketidakstabilan sumber nafkah, ketidakseimbangan dalam menjalankan berbagai fungsi dan tugasnya, diantaranya dalam menginternalisasikan karakter kepada anak sejak dini. Dengan berbagai masalah yang dihadapinya, muncul pertanyaan masih tepatkah keluarga Indonesia diposisikan sebagai institusi pertama dan utama pembangun manusia berkualitas dan berkarakter? Dapatkah keluarga Indonesia memenuhi peran yang mulia dan sangat penting tersebut?

Ketahanan Vs Kerentanan

Sederhananya keluarga dikatakan berketahanan jika mampu memenuhi peran, fungsi, dan tugas yang diembannya. Lebih rincinya, keluarga berketahanan jika memiliki: 1) ketahanan fisik-ekonomi yaitu kemampuan dalam memenuhi kesejahteraan objektif berupa pemenuhan kebutuhan pokok pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan), 2) ketahanan sosial sebagai implementasi dari orientasi agama, nilai dan tujuan berkeluarga, kemampuan mengelola sumberdaya non fisik, dan hubungan sosial, dan 3) ketahanan psikologis yaitu kemampuan mengelola, kematangan kepribadian, kepuasan pemenuhan kebutuhan atau kesejahteraan subjektif.

Keluarga diharapkan mampu mengelola sumberdaya dan masalah yang dihadapinya untuk memperoleh kesejahteraan dan kehidupan berkualitas. Keluarga juga dinyatakan berketahanan kala memiliki kemampuan untuk mengantisipasi, memprediksi, mencegah kerentanan dan risiko agar tidak terjadi krisis; dan ketika memperoleh keterpurukan dan kenelangsaan, keluarga mampu untuk bangkit dan pulih kembali bahkan semakin berdaya. Itulah yang disebut kelentingan (resiliensi) keluarga, sebagai ketahanan spesifik dikala keluarga dapat memiliki atau mengakses asset-aset yang dapat menjadi factor pelindung ketika dibutuhkan dalam menghadapi tekanan berat atau disorganisasi.

Keluarga berketahanan dapat dilihat dari kerentanan yang dapat diprediksi, dicegah, diturunkan sepanjang kehidupannya. Duvall, seorang ahli perkembangan keluarga, sejak lama (Tahun 1957) telah menyatakan apa saja kerentanan yang dapat dipredksi sepanjang kehidupan keluarga, diantaranya adalah tekanan ekonomi dan ketika istri bekerja, konflik kerja-keluarga, dan tidak memadainya pembagian tugas diantara anggota keluarga.              

Menurut penulis, salah satu kerentanan yang banyak dirasakan saat ini adalah tekanan ekonomi keluarga. Kerentanan tersebut menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhannya untuk berkembang. Kajian menunjukkan tekanan ekonomi lebih besar terjadi pada awal berkeluarga, pada saat anak2 bersekolah, dan pada saat lansia. Tekanan ekonomi menjadi alasan ibu atau istri bekerja, walau terkadang hanya sedikit selisih dari pendapatan yang diperoleh dengan pengeluaran tambahan akibat bekerja tersebut. Yang pasti adalah berkurangnya sumberdaya waktu, tenaga, dan pikiran ibu/istri untuk mengasuh anak. Tekanan ekonomi yang dirasakan istri dapat membawa kepada depressed mood istri karena kekesalan, kejengkelan (bahkan bisa sampai ke tingkat membenci=hostile) kepada suami yang dirasakan tidak mampu memberikan ekonomi yang cukup. Pada kondisi tersebut, istri atau Ibu cenderung melakukan pengasuhan anak yang kasar (harsh parenting), sehingga sangat sulit bagi keluarga memenuhi perannya dalam membangun karakter anak.

Kerentanan lainnya adalah ketidakseimbangan kerja-keluarga yang mempengaruhi kepuasan kerja dan mendatangkan konflik antara urusan kerja dan urusan keluarga. Hasil kajian menunjukkan bahwa para ibu yang bekerja di sektor formal, demikian pula pada ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi, memiliki tingkat konflik yang lebih tinggi dibandingkan sebaliknya (kerja di sector informal, dan pada ibu dengan pendidikan lebih rendah). Konflik pekerjaan di tempat kerja secara signifikan lebih mempengaruhi kehidupan keluarga, dibandingkan sebaliknya. Dengan demikian ketidakseimbangan atau konflik kerja-keluarga selain menyebabkan ketidakpuasan atau ketidakbahagiaan, juga menurunkan fungsi keluarga dalam membangun karakter anak yang akan menjadi pemimpin bangsa kelak.

Kerentanan penting lainnya adalah tidak memadainya pembagian peran, fungsi dan tugas antar anggota keluarga.Tidak mungkin keluarga memenuhi seluruh peran yang diharapkan, fungsi, dan tugas yang diembannya kalau tidak ada pembagian beban antara suami dan istri, orangtua dan anak.  Apalagi jika suami istri dua duanya bekerja secara penuh dengan jam kerja yang lama dan tempat kerja yang jauh atau dijangkau dalam waktu lama. Hal yang paling langsung terpengaruh akibat situasi tersebut adalah hak anak untuk tumbuh berkembang, untuk mendapat stimulus perkembangan dan pendidikan karakter yang memadai. Internalisasi berbagai karakter seperti cinta kebenaran, adil, jujur, tanggungjawab, disiplin, memerlukan  perhatian, fikiran, waktu, tenaga yang memadai. Karena bukan hanya mengajarkan pengetahuan (knowing the good), tapi juga mengawal sampai anak mengimplementasikannya (acting the good), dan terus sampai mencintai atau menyukai berbuat baik (loving the good).

Tantangan

Agenda besar dalam mengawal keluarga Indonesia berketahanan agar mampu membangun karakter bangsa adalah bagaimana agar kebijakan dan program pemerintah memungkinkan keluarga memiliki ketahanan fisik-ekonomi, ketahanan sosial, dan ketahanan psikologisnya.  Kajian ketahanan keluarga yang dilakukan Sunarti selama kurun duapuluh tahun ini merekomendasikan kepada berbagai pihak untuk mengembangkan pekerjaan ramah keluarga yaitu pekerjaan yang memungkinkan keluarga memperoleh pendapatan yang mensejahterakan sekaligus masih memungkinkan menjalankan berbagi fungsi keluarga lainnya. Fungsi tersebut seperti fungsi agama, pendidikan, perlindungan, dan pengasuhan anak, juga fungsi sosial berupa aktif berpartisipasi dan berkontribusi dalam lingkungan  pertetanggaan dan kegiatan sosial lainnya.

Pekerjaan ramah keluarga lebih besar kemungkinan dibangun dan diperoleh manakala pembangunan (wilayah) juga yang ramah keluarga, yaitu pembangunan kewilayahan yang holistic (multi dimensi, multi sektoral) dan komprehensif (metode yang tepat dan optimal) yang senantiasa mempertimbangkan dan bertujuan mensejahterakan keluarga. 

Tulisan dalam rangka HARGANAS XXIV 2017

Masalah Karakter dan Kerentanan Keluarga (PDF)

#KeluargaIndonesia #KeluargaReligiusHierarkisHarmonis #KetahananKeluarga #KNPKIndonesia

Get in Touch

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_imgspot_img

Info Terkait

Get in Touch

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Info Lainnya