Oleh: Akbar Rizki Asiaman
Apa itu generasi sandwich?
Pada zaman modern ini, banyak anak anak yang baru lulus sekolah dipaksa atau memiliki kewajiban untuk menanggung tiga generasi untuk dihidupi mereka sering disebut “Generasi Sandwich”.
Generasi sandwich merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Dorothy Miller pada tahun 1981. Menurut Dorothy Miller, generasi sandwich adalah individu yang tidak dewasa. Pada tahun 2016, istilah generasi sandwich masuk ke dalam Merriam-Webster Dictionary yang kemudian pengertiannya terus berkembang hingga saat ini (Ardela, 2019). Pengertian generasi sandwich terus berkembang hingga tanggung jawab finansial yang diemban tidak lagi terbatas pada orang tua dan anak kandung, tetapi juga generasi di atas dan di bawahnya yang masih merupakan keluarga (Waters, 2022).
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun 2025, Indonesia akan menghadapi tantangan besar dalam hal ketergantungan penduduk. Diperkirakan sekitar 23,83% dari total penduduk usia produktif akan bertanggung jawab untuk memberi penghidupan yang layak bagi kelompok usia non-produktif, yaitu mereka yang berusia 0-14 tahun dan di atas 65 tahun. Dependency ratio Indonesia pada tahun tersebut diperkirakan mencapai 47,2, artinya setiap 100 penduduk usia produktif akan menanggung sekitar 47-48 orang usia non-produktif. Proyeksi ini menunjukkan bahwa tantangan generasi sandwich dan ketergantungan penduduk akan terus berlanjut hingga tahun 2035, dengan dependency ratio diproyeksikan sebesar 47,3.
Apa penyebab munculnya generasi sandwich?
Lahirnya generasi sandwich dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah literasi keuangan. Minimnya literasi keuangan cenderung menyebabkan individu sebagai generasi pertama tidak menyiapkan dana pensiun, sehingga ketika sudah memasuki usia tidak produktif diperlukan generasi kedua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di saat yang bersamaan, pada umumnya generasi kedua sudah berkeluarga dan memiliki anak (generasi ketiga).
Solusi untuk keluar dari siklus generasi sandwich melibatkan langkah-langkah seperti mengubah mindset terkait pengelolaan keuangan, memulai menabung dan memiliki dana darurat, serta menghindari perilaku konsumtif. Belajar dari generasi sebelumnya untuk mempersiapkan masa pensiun dengan lebih baik juga merupakan langkah kunci untuk mengurangi beban finansial pada generasi berikutnya. Meskipun memerlukan waktu dan upaya yang besar, langkah-langkah ini penting untuk menghindari reproduksi generasi sandwich di masa mendatang.
Dampak Psikologis Menjadi Generasi Sandwich:
Menjadi bagian dari Generasi Sandwich, yang bertanggung jawab untuk merawat dan mendukung dua generasi sekaligus, dapat memberikan dampak signifikan pada kesehatan mental. Beban tanggung jawab ganda ini sering kali menyebabkan tingkat stres yang tinggi, yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Selain itu, menyelaraskan peran sebagai penyedia perawatan untuk dua generasi dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan, mengurangi waktu untuk diri sendiri dan aktivitas relaksasi yang penting untuk kesehatan mental. Pengorbanan kebutuhan dan keinginan pribadi demi merawat orang tua dan mendukung anak-anak juga dapat memicu perasaan kelelahan dan frustrasi.
Ketidakpastian tentang keadaan finansial, kesehatan orang tua, dan tanggung jawab terhadap masa depan anak-anak menciptakan kecemasan dan kekhawatiran yang berkelanjutan. Perasaan bersalah ketika tidak dapat memenuhi semua kebutuhan atau memberikan perhatian yang memadai dapat menyebabkan perasaan rendah diri. Kurangnya waktu untuk merawat diri sendiri dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental serta menurunkan kesejahteraan secara keseluruhan. Dalam situasi krisis, seperti sakit yang serius, tanggung jawab merawat yang meningkat secara signifikan menambah tekanan dan stres.
Solusi dan Cara Mencegah Generasi Sandwich:
Keluar dari perangkap yang dikenal sebagai generasi sandwich bukanlah hal yang mudah. Seringkali, risiko ini dapat berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya, menciptakan siklus yang sulit dihentikan. Untuk memutus lingkaran ini, diperlukan konsistensi dan usaha yang gigih. Bagi mereka yang belum berada dalam situasi ini, beberapa langkah preventif bisa diambil. Menyiapkan program pensiun dengan menyisihkan tabungan hari tua secara teratur adalah langkah penting. Selain membantu diri sendiri, memiliki program pensiun juga membantu generasi berikutnya untuk tidak terjebak dalam kondisi yang sama.
Selain itu, memiliki asuransi kesehatan untuk diri sendiri, orang tua, dan anak-anak dapat mengurangi beban finansial akibat biaya perawatan. Membuka tabungan terencana dengan fitur auto debit juga bisa menjadi solusi, memastikan dana tersimpan secara otomatis setiap bulan untuk tujuan tertentu seperti pendidikan atau ibadah. Menambah pendapatan dengan melakukan pekerjaan freelance atau menjadi content creator, serta selalu memperbarui keterampilan agar karier cepat naik, juga merupakan langkah penting. Dengan pendekatan ini, generasi mendatang dapat lebih siap secara finansial dan tidak terjebak dalam siklus generasi sandwich.
Kesimpulan: Generasi sandwich merupakan fenomena di mana individu menanggung beban keuangan tiga generasi sekaligus, yang disebabkan oleh kurangnya perencanaan finansial jangka panjang, budaya timbal balik kepada orang tua, dan tuntutan sosial yang tinggi. Dampak psikologisnya signifikan, termasuk stres kronis, kecemasan, dan ketidakseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Untuk keluar dari siklus ini, diperlukan perubahan mindset dan strategi finansial yang tepat, seperti menyiapkan program pensiun, memiliki asuransi kesehatan, dan membuka tabungan terencana. Selain itu, menambah pendapatan melalui pekerjaan freelance dan terus memperbarui keterampilan juga penting. Dengan langkah-langkah ini, generasi mendatang dapat lebih siap secara finansial dan tidak terjebak dalam siklus generasi sandwich.
#KeluargaIndonesia #KeluargaReligiusHierarkisHarmonis #KetahananKeluarga #KNPKIndonesia